Panduan Lengkap Ke Museum Kebangkitan Nasional: Menelusuri Jejak Kebangkitan Bangsa

 

Panduan ke Museum Kebangkitan Nasional
Museum Kebangkitan Nasional (Google maps)



Museum Kebangkitan Nasional di Jakarta bukan sekadar bangunan tua; ia adalah saksi bisu kelahiran kekuatan nasionalisme modern Indonesia. 

Terletak di bekas Gedung STOVIA—kampus kedokteran bumiputra pada masa kolonial—museum ini mengajak pengunjung memahami semangat perjuangan, pemikiran para tokoh besar, dan riwayat bersejarah yang melatari lahirnya kesadaran nasional.

Berikut sejumlah informasi penting bagi pengunjung Museum Kebangkitan Nasional Jakarta :



Daya Tarik Utama Museum

  • Tempat Kelahiran Boedi Oetomo
    Museum ini menandai momen penting 20 Mei 1908, saat sembilan pelajar STOVIA mendirikan Boedi Oetomo, organisasi pergerakan modern pertama di Indonesia.

  • Koleksi Artefak Medis dan Pakaian Bersejarah
    Deretan instrumen kedokteran kuno, pakaian semi-tradisional pelajar STOVIA, hingga diorama pertempuran semu memukau siapa saja yang menyukai sejarah dan estetika masa lampau.

  • Ruang Perjuangan dan Inspirasi Tokoh
    Zona pameran menampilkan pemikiran HOS Tjokroaminoto, Soekarno, maupun Ki Hadjar Dewantara, memperkuat pemahaman tentang akar kebangkitan nasional.


Keramaian pada Peringatan Harkitnas

Seorang pelajar tengah mengamati salah satu koleksi museum (Liputan6.com)




Setiap 20 Mei, segenap bangsa Indonesia memperingati Hari Kebangkitan Nasional. Bertepatan dengan Harkitnas ke-117 tahun 2025, Museum Kebangkitan Nasional kerap dipadati rombongan pelajar dari berbagai sekolah. Mereka datang untuk:

  1. Mengikuti educational tour yang dipandu pegawai museum.

  2. Menyelami kembali kisah berdirinya Boedi Oetomo pada 20 Mei 1908.

  3. Berpartisipasi dalam lomba cerdas cermat dan workshop singkat tentang pergerakan kemerdekaan.

Momen ini menjadikan museum bukan hanya tujuan wisata sejarah, tetapi juga ruang interaktif bagi generasi muda untuk mengenal lebih dekat semangat kebangkitan bangsa.


Sejarah Singkat Museum Kebangkitan Nasional

Patung para tokoh pelajar STOVIA saat pembentukan Organisasi Budi Utomodi ruang anatomi Gedung STOVIA, yang saat ini jadi Museum Kebangkitan Nasional (Kompas.com)




Museum Kebangkitan Nasional bersemayam dalam bangunan megah peninggalan kolonial Belanda—bekas Gedung STOVIA—yang sejak awal memancarkan aura ilmiah dan kebangkitan. 

Pada akhir abad ke-19, atas prakarsa Direktur Sekolah Dokter Jawa, Dr. H.F. Roll, bersama dermawan perkebunan PW Janssen, J. Nienhuys, dan H.C. van den Honert, pondasi bangunan setinggi 10 meter itu mulai dibangun pada 1899. 

Dua tahun kemudian, pada Maret 1902, gedung bergaya Neo-Renaissance ini diresmikan sebagai School tot Opleiding van Inlandsche Artsen (STOVIA), sekolah kedokteran bumiputra pertama di Hindia Belanda, yang mencetak dokter-dokter pribumi untuk mengabdi di seluruh nusantara.




Seiring pertumbuhan STOVIA, gedung ini menjadi saksi bisu lahirnya organisasi kebangsaan modern. Pada 20 Mei 1908, sembilan pelajar STOVIA mengikrarkan berdirinya Boedi Oetomo di salah satu aula gedung, menandai titik balik kesadaran nasional. 

Meski pada 1920 kegiatan akademik dipindahkan ke Salemba, gedung tua ini tetap berdenyut dengan aktivitas pergerakan: tempat asrama pelajar, pangkalan MULO/AMS, hingga penjara bagi tawanan semasa pendudukan Jepang. 

Setelah masa hening pascakemerdekaan, pada 6 April 1973 Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memulai proses pemugaran, dan setahun kemudian Presiden Soeharto meresmikan Gedung Kebangkitan Nasional pada peringatan Hari Kebangkitan Nasional, 20 Mei 1974.




Pada 7 Februari 1984, empat museum kecil—Budi Utomo, Kesehatan, Pers, dan Wanita—dilebur menjadi satu kesatuan Museum Kebangkitan Nasional. 

Kini, ribuan artefak menghuni ruang-ruang tematik: replika ruang kelas, laboratorium, kantin, serta diorama para pelajar STOVIA berpakaian semi-tradisional; perlengkapan medis seperti pisau bedah dan model anatomi; foto-foto dan lukisan perjuangan; miniatur kapal pinisi; serta koleksi jam antik, perabot era kolonial, dan senjata tradisional.

Memasuki 2025, Museum Kebangkitan Nasional kian memperkaya pengalaman pengunjung dengan berbagai inisiatif modern. Layanan virtual tour interaktif kini memungkinkan siapa saja mengeksplorasi seluruh sudut museum secara daring, lengkap dengan narasi audio dan tampilan 360°.

Di dunia nyata, pameran “Lukisan Dua Negeri: Harmoni Budaya Indonesia–Jepang” (26–30 April 2025) menampilkan lebih dari 50 karya seniman dari kedua negara, merayakan persahabatan melalui seni rupa.




Selanjutnya, rangkaian acara Pekan Hari Kebangkitan Nasional (20–31 Mei 2025) memamerkan 85 lukisan karya 60 seniman penyandang disabilitas dari komunitas Outsider Art dan Sekolah Darurat Kartini, sekaligus workshop tari, wayang potehi, dan lomba cerdas cermat untuk pelajar.

Dengan memadukan jejak sejarah yang kaya dan sentuhan inovasi digital, Museum Kebangkitan Nasional tak hanya memelihara warisan masa lalu, tetapi juga menghidupkan semangat kebangkitan dalam konteks zaman sekarang. 

Kunjungan ke museum ini—baik secara langsung maupun virtual—membuka jendela baru untuk memahami perjalanan bangsa dan menumbuhkan inspirasi bagi generasi penerus.

Ruang STOVIA di Museum Kebangkitan Nasional (Tempo.co)





  1. Pembangunan Gedung (1899–1901)
    Dirintis atas prakarsa dokter H.F. Roll dan didukung pengusaha Belanda, gedung bergaya Neo-Renaissance ini selesai pada September 1901.

  2. Fungsi Kampus Kedokteran (1902–1920)
    Diresmikan sebagai School tot Opleiding van Inlandsche Artsen (STOVIA) pada Maret 1902 untuk mencetak dokter pribumi.

  3. Pemindahan dan Transisi (1920–1945)
    Pada Juli 1920, kegiatan akademik STOVIA dipindahkan ke Salemba, sementara gedung ini menjadi asrama, sekolah MULO/AMS, hingga tempat tahanan selama pendudukan Jepang. 



  4. Pengakuan Cagar Budaya (1973–1974)
    Pemerintah DKI memugar gedung pada April 1973, dan pada 20 Mei 1974, Presiden Suharto meresmikannya sebagai Gedung Kebangkitan Nasional.

  5. Peresmian Museum (1984)
    Empat museum kecil digabung menjadi Museum Kebangkitan Nasional pada 7 Februari 1984, di bawah naungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 


Koleksi Unggulan

Museum ini memamerkan 2.042 koleksi, meliputi:



  • Replika ruang kelas, laboratorium, kantin, dan asrama STOVIA

  • Perabot antik dan jam dinding era Hindia Belanda

  • Perlengkapan medis seperti pisau bedah, gunting, dan model anatomi

  • Foto, peta, diorama, miniatur kapal Bugis pinisi

  • Ruang perpustakaan dengan ribuan buku anak-anak

  • Ruang memorial Budi Utomo yang sarat kutipan historis


Jam Buka Museum Kebangkitan Nasional

xxxxxxxxxzzzzzzzzzz
Landskap Museum Kebangkitan Nasional (Kompas.com)


  • Selasa–Minggu: 08.00–16.00 WIB

  • Senin & Hari Libur Nasional: Tutup 




Khusus untuk pengunjung rombongan, seperti kunjungan sekolah, sebaik mengirim pemberitahuan/surat sekurangnya H-3 ke pihak museum sebelum datang.

Hal ini bertujuan untuk memudahkan pihak museum menyambut pengunjung dengan layanan lebih maksimal.


Harga Tiket Masuk

  • Anak-anak (3-12 tahun): Rp 3.000/orang

  • Dewasa: Rp 5.000/orang

  • WNA (anak dan dewasa) : Rp 25.000/orang




Untuk pembelian tiket masuk hanya melayani pembayaran non-tunai melalui QRIS, dompet digital, atau aplikasi pembayaran lainnya.



Lokasi Dan Akses Menuju Museum Kebangkitan Nasional


Museum Kebangkitan Nasional berada di jantung Jakarta Pusat, tepatnya di

Jl. Dr. Abdul Rahman Saleh No. 26, Senen, Jakarta Pusat 10410

Bangunan bersejarah ini mudah dikenali dengan fasad Neo-Renaissance-nya yang menjulang, bekas gedung sekolah kedokteran bumiputra STOVIA.

Museum ini berlokasi di kawasan yang cukup strategis dan mudah diakses. 


Akses Menuju Museum

Untuk menuju lokasi museum Kebangkitan Nasional, pengunjung dapat menggunakan sejumlah moda transportasi, baik umum maupun pribadi.


  • KRL Commuter Line
    • Turun di Stasiun Juanda (jarak ±800 m) atau Stasiun Gambir (±1,3 km), kemudian jalan kaki sekitar 10–15 menit.

  • TransJakarta
    • Koridor 2 (Pulo Gadung–Harmoni) turun di Halte Pasar Senen atau Juanda, lalu jalan kaki 5–7 menit.

  • Bus Kota/Mikrolet
    • Mikrolet rute K3A/K3B (Juanda–Bintaro), P14 (Agung Raya–Juanda)—turun di depan Museum.

  • Ojek Online & Taksi
    • Akses mudah melalui aplikasi: masukkan “Museum Kebangkitan Nasional, Senen” sebagai tujuan.

  • Kendaraan Pribadi
    • Tersedia area parkir terbatas di halaman samping, serta sejumlah lahan parkir di Jalan Abdul Rahman Saleh.


Transportasi Umum Lebih Disarankan

Meskipun pengunjung memiliki kendaraan pribadi, pihak Museum Kebangkitan Nasional menyarankan agar datang menggunakan transportasi umum. 

Hal ini dikarenakan keterbatasan lahan parkir di area museum yang langsung berhadapan dengan jalan raya utama. 



Bagi yang menggunakan transportasi umum, tersedia beberapa pilihan:

  • KRL Commuter Line: Turun di Stasiun Gondangdia atau Stasiun Senen, lalu melanjutkan perjalanan dengan ojek online atau angkot.

  • TransJakarta: Naik koridor 2 (Pulogadung – Harmoni) dan turun di Halte Senen atau Halte Kwitang, kemudian berjalan kaki sekitar 10–15 menit.

  • Bus umum atau Mikrotrans: Tersedia banyak rute yang melewati kawasan Kwitang dan RSPAD Gatot Subroto, cukup dekat dengan museum.

Penggunaan transportasi umum tidak hanya lebih praktis dan ramah lingkungan, tetapi juga menghindarkan pengunjung dari kerepotan mencari parkir di area yang padat. 

Terutama saat momen peringatan Hari Kebangkitan Nasional setiap tanggal 20 Mei, di mana museum kerap dipadati rombongan pelajar dan wisatawan yang ingin mengenang sejarah perjuangan bangsa di tempat bersejarah ini.



Ragam Aktivitas Di Museum Kebangkitan Nasional


Di balik tembok kuno bekas Sekolah Dokter Bumiputra STOVIA, Museum Kebangkitan Nasional menyuguhkan ragam aktivitas interaktif yang membawa pengunjung seolah melangkah ke masa lampau dan meresapi semangat kebangkitan bangsa. 

Berikut beragam kegiatan yang bisa Anda nikmati di Museum Kebangkitan Nasional :



1. Menelusuri Replika Alat Peraga Kedokteran

Saat menyusuri ruang kesehatan, Anda akan disambut deretan replika instrumen kedokteran Hindia Belanda: pisau bedah kecil yang berkilau, gunting bergagang kayu, hingga patung anatomi setinggi satu meter yang memamerkan susunan organ manusia. 

Mesin pemecah tengkorak dan alat bantu pernapasan antik pun dipajang, memberi gambaran nyata betapa canggih—dan berisikonya—praktik medis zaman dulu.


2. Menyingkap Kehidupan Asrama Pelajar STOVIA

Jejak-jejak kehidupan para “dokter masa depan” terhampar di bekas asrama: barisan ranjang sederhana dengan sprei yang seragam, lemari kayu berukir minimalis, hingga koper bulat yang dulu menyimpan buku dan pakaian. 

Anda bisa membayangkan bagaimana para pelajar—hanya mereka yang berjenis kelamin laki-laki—berbagi ruang, saling mendukung belajar, dan merajut persahabatan yang kelak menumbuhkan gerakan nasional.



3. Mengikuti Tur Audio Interaktif

Dengan menyewa pemandu audio, Anda dipandu suara sejarah yang menjelaskan setiap sudut ruang pamer—dari aula deklarasi Budi Utomo hingga lab biologi. 

Kisah HOS Tjokroaminoto memberi semangat, sementara rekaman penutur asli masa kolonial menghadirkan atmosfir otentik. Tur ini tersedia dalam bahasa Indonesia, Inggris, dan Belanda.


4. Bergelut dalam Workshop Sejarah dan Seni

Setiap akhir pekan, museum menggelar workshop membatik motif pergerakan, memahat miniatur kapal pinisi, atau membuat diorama perjuangan. 

Anak-anak dan remaja sering antusias mengikuti “Scavenger Hunt Sejarah”, mencari artefak digital lewat aplikasi museum untuk memecahkan teka-teki tentang tokoh-tokoh nasional.



5. Menyimak Lukisan Asli Dokter Wahidin

Satu-satunya karya orisinal di antara replika adalah lukisan Dokter Wahidin Soedirohoesodo oleh Basoeki Abdullah. Dipajang dalam ruangan berkaca antipeluru, lukisan itu memancarkan aura respek—pengunjung diperbolehkan memotret, asalkan tanpa lampu kilat.


6. Menikmati Pertunjukan Seni dan Budaya

Di pelataran depan aula Budi Utomo sering digelar tari tradisional (jaipong, gambyong) atau wayang potehi, gratis bagi pengunjung. 

Ada pula pemutaran film dokumenter singkat tentang kiprah pelajar STOVIA dan kelahiran Boedi Oetomo.



7. Berburu Sudut Foto Instagramable

Arsitektur Neo-Renaissance dengan jendela kaca patri dan pintu kayu berukir menyajikan latar sempurna untuk foto. 

Pilih latar aula Budi Utomo dengan panel kayu tua, koridor asrama dengan lampu gantung antik, ataupun ruang kelas berhias patung pelajar berdasi hitam.

Beberapa spot foto yang menarik :  asrama pelajar STOVIA, ruang pameran, papan daftar lulusan STOVIA, replika ruang kelas, dan depan gedung museum. 


8. Berselancar di Perpustakaan Mini

Di pojok tenang, Komunitas Buku Berkaki mengelola rak berisi ribuan judul buku anak dan remaja—mulai biografi pahlawan nasional hingga komik sejarah. 

Nikmati kopi hangat sambil membaca, atau ajak buah hati mengikuti “Bincang Buku” bersama penulis lokal.



9. Belanja Suvenir dan Pustaka Digital

Sebelum pulang, singgahlah di toko suvenir: replika mini kapal pinisi, kaus bertema kebangkitan, hingga e-book guide interaktif berisi foto-foto 360°. 

Semua hasil penjualan mendukung program pelestarian museum.


10. Merayakan Harkitnas Bersama Rombongan Sekolah

Tiap 20 Mei, museum menjadi pusat kunjungan pelajar. Rombongan mengikuti lomba cerdas cermat, dialog interaktif dengan sejarawan, dan upacara sederhana di halaman depan—menghidupkan kembali semangat 20 Mei 1908. 

Jika Anda berkunjung di sekitar tanggal tersebut, siapkan tiket rombongan untuk mendapatkan tarif khusus dan sesi workshop eksklusif.


Dengan ragam aktivitas ini, Museum Kebangkitan Nasional tidak hanya menyimpan artefak, melainkan mengajak setiap pengunjung aktif menggali, merasakan, dan melanjutkan gairah perjuangan para pendahulu—sebuah pengalaman sejarah yang hidup dan menyemangati.

Tips Mengunjungi Museum Kebangkitan Nasional

Bagi pengunjung Museum Kebangkitan Nasional penting untuk memperhatikan hal-hal berikut :



1. Untuk menghindari keramaian, terutama saat kunjungan sekolah atau grup besar, datang lebih awal di pagi hari.

2. Gunakan pakaian dan alas kaki yang nyaman karena akan banyak berjalan di dalam museum.

3. Manfaatkan tur berpemandu gratis yang disediakan oleh museum.

4. Jaga ketertiban dan kebersihan, jangan menyentuh koleksi, dan buang sampah pada tempatnya.

5. Siapkan kamera untuk mendokumentasikan kunjungan.

6. Cek acara atau pameran khusus yang mungkin diadakan oleh museum. 



Sebagai penutup, mengunjungi Museum Kebangkitan Nasional bukan sekadar perjalanan wisata, melainkan sebuah pengalaman mendalam untuk mengenal kembali akar perjuangan bangsa. 

Melalui bangunan bersejarah, koleksi artefak yang autentik, hingga kisah para pelajar STOVIA yang menjadi pelopor kebangkitan nasional, museum ini mengajak setiap pengunjung untuk merenungkan semangat persatuan dan nasionalisme yang terus relevan hingga hari ini. 

Dengan akses yang mudah dijangkau serta beragam aktivitas edukatif yang ditawarkan, Museum Kebangkitan Nasional menjadi destinasi yang layak dikunjungi oleh semua kalangan—baik pelajar, keluarga, maupun pencinta sejarah. 

Jadikan kunjungan ke museum ini sebagai momen refleksi untuk mengenang masa lalu dan memperkuat komitmen membangun masa depan Indonesia yang lebih baik .

Panduan Lengkap Ke Museum Kebangkitan Nasional: Menelusuri Jejak Kebangkitan Bangsa 4.5 5 Admin Panduan ke Museum Kebangkitan Nasional di Jakarta. Museum Kebangkitan Nasional (Google maps) Museum Kebangkitan Nasional di Jakarta bukan sekadar bangunan tua; ia adalah saksi bisu kelahi...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.