Mengenal Museum Muhammadiyah: Menyusuri Jejak Sejarah Organisasi Islam Besar di Indonesia

 

Museum Muhammadiyah di Yogyakarta
Gedung Museum Muhammadiyah di Yogyakarta (via Idntimes.com)


Muhammadiyah adalah salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia yang telah berkiprah selama lebih dari satu abad. 


Didirikan oleh KH Ahmad Dahlan pada 18 November 1912 di Kampung Kauman, Yogyakarta, organisasi ini kini telah mencapai usia ke-111 tahun. 


Di Kampung Kauman, yang terletak di sebelah barat Masjid Gede Kauman Yogyakarta, masih berdiri sejumlah bangunan bersejarah yang menjadi saksi perjalanan awal Muhammadiyah. 


Di antaranya adalah Langgar Kidoel, tempat KH Ahmad Dahlan berdakwah, serta Mushola Aisyiyah yang dahulu digunakan sebagai pusat aktivitas perempuan Muhammadiyah.



Sejarah panjang Muhammadiyah kini diabadikan dalam Museum Muhammadiyah yang terletak di Kompleks Kampus IV Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Yogyakarta. 


Museum ini diresmikan pada 14 November 2022 dan berdiri di atas lahan seluas 2.800 meter persegi. Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir, berharap museum ini dapat menjadi pintu masuk untuk memahami sejarah sekaligus arah masa depan Muhammadiyah.


Pada awal Februari 2025, Pimpinan Pusat Muhammadiyah resmi membuka Ruang Pameran baru di museum tersebut. 



Ruang ini dirancang dengan teknologi informasi modern untuk menyampaikan perjalanan Muhammadiyah secara menarik, mencerahkan, dan menghibur. 


Museum Muhammadiyah juga mengedepankan inklusivitas dengan konsep yang ramah bagi anak-anak, perempuan, dan penyandang disabilitas.


Meskipun mulai dibangun sejak 2017, museum ini baru beroperasi pada 2022, dan ruang pameran barunya baru ditambahkan belakangan. Sebelum kamu berkunjung, simak informasi penting berikut ini!


1. Lokasi Museum Muhammadiyah

Museum Muhammadiyah berada di Kampus IV Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Yogyakarta. 


Letaknya sangat strategis, hanya sekitar 5,4 km dari pusat kota Yogyakarta atau sekitar 15–20 menit perjalanan menggunakan kendaraan bermotor.



Museum ini juga mudah diakses menggunakan transportasi umum Trans Jogja. Beberapa halte terdekat adalah:

  • TPB UAD Ringroad Selatan, hanya berjarak sekitar 550 meter (3 menit berjalan kaki).

  • TPB UAD Ringroad Selatan 2, sedikit lebih jauh, sekitar 1,3 km (18 menit berjalan kaki).

Alamat lengkap:
Tamanan, Kapanewon Banguntapan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.


2. Jam Operasional dan Harga Tiket Masuk

Museum Muhammadiyah menyajikan koleksi sejarah melalui presentasi yang edukatif dan komunikatif. Untuk masuk, pengunjung dikenakan biaya tiket sesuai kategori berikut:

  • Pelajar/Mahasiswa: Rp30.000 (diskon 30% untuk rombongan)

  • Masyarakat Muhammadiyah: Rp30.000 (diskon 10% untuk rombongan)

  • Umum: Rp30.000

  • PAUD/TK: Rp30.000 (diskon 50% untuk rombongan)

  • Gratis: Anak usia di bawah 2 tahun dan penghuni panti asuhan


Jam operasional:

Senin–Sabtu, pukul 09.00–16.00 WIB (kunjungan terakhir pukul 15.00 WIB).
Museum tutup setiap Minggu dan hari libur nasional.


3. Syarat dan Ketentuan Berkunjung

Sebelum berkunjung, perhatikan beberapa ketentuan berikut:

  • Tiket dibeli melalui situs resmi: museum.muhammadiyah.or.id, dan konfirmasi dilakukan via email.

  • Dilarang menyentuh objek pameran.

  • Tidak diperkenankan membawa alat bantu foto seperti tripod, monopod, atau tongsis.

  • Tas besar harus dititipkan di loket penyimpanan.

  • Wajib mematuhi protokol kesehatan dan keamanan yang berlaku.


4. Koleksi di Dalam Museum Muhammadiyah

Ruangan di Museum Muhammadiyah (Bantulkab.go.id)


Museum Muhammadiyah menyimpan lebih dari 2.800 koleksi bersejarah yang mendokumentasikan perjalanan organisasi sejak berdiri pada tahun 1912. Museum ini memiliki gedung seluas sekitar 1.200 meter persegi dan terdiri dari empat lantai:

  • Lantai 1: Menyajikan historiografi Muhammadiyah.

  • Lantai 2: Ruang pamer tematik.

  • Lantai 3 & 4: Digunakan untuk kegiatan tambahan dan pengelolaan museum.




Beberapa koleksi menarik yang bisa ditemui:

  • Mesin cetak awal abad ke-20

  • Mimbar tablig tahun 1928

  • Ranjang klinik Sehat Muhammadiyah

  • Replika Kapal Misphil sepanjang hampir tiga meter, yang merepresentasikan kapal haji yang digunakan sekitar tahun 1903–1905, termasuk oleh KH Ahmad Dahlan.

  • Keris pemberian Sri Sultan Hamengku Buwono VII kepada KH Sudjak, tokoh yang mendirikan Penolong Kesengsaraan Umum (PKU) Muhammadiyah pada 1920-an.

Salah satu koleksi museum Muhammadiyah, replikasi kapal Misphil (Pdmkotametro.org)





Museum ini juga menyajikan informasi tentang kontribusi organisasi Aisyiyah dalam memperjuangkan hak perempuan serta peran Muhammadiyah dalam pendidikan dan kesehatan.

Desain interior museum yang serba putih dan elegan memberikan nuansa modern dan nyaman untuk pengunjung dari berbagai usia. 

Dengan tampilan interaktif dan narasi edukatif, kunjungan ke Museum Muhammadiyah dijamin tidak membosankan!

Jika kamu ingin mengetahui lebih dalam tentang Muhammadiyah—baik sejarahnya, kiprahnya di masyarakat, hingga kontribusinya di berbagai bidang—Museum Muhammadiyah adalah destinasi yang tepat untuk dikunjungi.

Mengenal Museum Muhammadiyah: Menyusuri Jejak Sejarah Organisasi Islam Besar di Indonesia 4.5 5 Admin Mengenal Museum Muhammadiyah: Menyusuri Jejak Sejarah Organisasi Islam Besar di Indonesia. Gedung Museum Muhammadiyah di Yogyakarta (via Idntimes.com) Muhammadiyah adalah salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia yang tela...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.