Stasiun KA Bondowoso dialihfungsi jadi museum KA Bondowoso (sumber : Babatpos.com) |
Selain menjadi destinasi pariwisata baru di Bondowoso, museum kereta api juga menjadi sarana pendidikan untuk mengenal sejarah, terutama sejarah perkeretapian di Indonesia.
Museum kereta api Bondowoso berada di Stasiun Bondowoso, Jalan Imam Bonjol, Kelurahan Kademangan, Kecamatan Bondowoso, Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur. Museum ini menampilkan berbagai koleksi peninggalan Stasiun Kereta Api Bondowoso.
Stasiun Bondowoso sendiri saat ini merupakan jalur mati yang tak dilalui kereta api dan sudah tidak aktif.
Koleksi museum (sumber : Twitter.com) |
Koleksi di Museum Bondowoso antara lain adalah peralatan kerja yang pernah digunakan kereta api dari masa ke masa misalnya ada tiket Edmonson, mesin cetak tanggal karcis, ebleg semboyan 40, lampu Hansen, stempel, mesin tik, telepon, topi PPKA, peluit, foto, reglement.
Lampu Hansen, salah satu koleksi museum KA Bondowoso (sumber : Antarajatim.com) |
Ruang koleksi (sumber : Kompas.com) |
Di ruang komoditas, wisatawan bisa mengetahui informasi peristiwa gerbong maut yang terjadi pada 23 November 1947.
Di masa perjuangan, Stasiun Bondowoso memiliki sejarah penting tentang 100 pejuang Gerbong Maut yang menjadi tawanan Belanda, sehingga keberadaan Museum Kereta Api di Kabupaten Bondowoso merupakan bagian dari ikhtiar mengenang peristiwa Gerbong Maut.
Peristiwa Gerbong Maut terjadi pada 23 November 1947,
paska proklamasi kemerdekaan Indonesia. Kisah gerbong maut yang berlangsung
tragis terjadi ketika puluhan anak bangsa dibawa dengan gerbong kereta dari
Stasiun Bondowoso menuju Surabaya.
Gerbong Maut adalah gerbong yang digunakan militer Belanda
untuk membawa tawanan yang merupakan para pejuang Indonesia dari Penjara
Bondowoso ke Penjara Bubutan tahun 1947. Ada tiga gerbong yang digunakan
mengangkut para tawanan tersebut.
Gerbong Maut tersebut terbuat dari plat baja yang rapat
tanpa ada ventilasi apa pun. Ketika pintu ditutup dan dikunci, tak ada udara
yang masuk, pun tak ada udara keluar. Apalagi perjalanan yang ditempuh sebagian
besar dilakukan pada siang hari.
Kereta berangkat pada 23 November 1947 sekitar jam lima pagi
dari Stasiun Bondowoso dan sampai di Stasiun Wonokromo, Surabaya, sekitar jam
delapan malam. Selama 16 jam perjalanan, para pejuang Indonesia yang berada
gerbong tersebut menahan lapar dan dahaga, yang akhirnya mengantarkan para
tawanan kepada maut.
Dari tiga gerbong tersebut, gerbong satu ada 38 orang,
kondisi lemas dan pingsan. Gerbong dua ada 30 orang, mati 8 orang. Gerbong tiga
ada 38 orang, mati semua. Tawanan paling banyak ditempatkan di gerbong berseri
GR 10152 karena kondisinya yang lebih panjang.
Mengingat nilai sejarah yang dikandung dalam peristiwa Gerbong maut yang menjadi kisah kepahlawanan anak bangsa melawan penjajah, akan menjadi satu koleksi penting yang bermanfaat bagi wisata, sejarah dan pendidikan di Bondowoso, maka tak heran Pemkab Bondowoso pun berupaya keras menghadirkan gerbong kereta tersebut ada di Museum Kereta Api Bondowoso.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar